Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2022

Pemerintah Thailand Keluarkan Ganja dari Daftar Narkoba

Jakarta -  Badan Narkotika Thailand mengeluarkan ganja dari daftar obat terlarang. Keputusan itu membuka jalan bagi penggunaan ganja lebih luas. Thailand merupakan negara pertama di ASEAN yang mengizinkan penggunaan ganja untuk medis dan riset pada 2018 lalu. Kurang lebih empat tahun dari kebijakan tersebut, aturan baru di Thailand terkait penggunaan ganja diubah. Kini, warga bisa menanam ganja di rumah asalkan memberi tahu pemerintah lokal terlebih dulu. "ganja tetap tidak bisa digunakan untuk tujuan komersial tanpa izin lebih dulu," ucap Menkes Thailand Anutin Charnvirakul seperti dikutip dari Reuters. Pada pekan ini Kementerian Kesehatan Thailand akan mengajukan rancangan Undang Legalisasi Ganja ke parlemen. Mereka berharap RUU dapat memberikan pedoman untuk produksi, penggunaan komersial, termasuk penggunaan untuk tujuan hiburan. RUU juga diharapkan akan berisi seberapa besar denda yang bakal dijatuhkan pada orang yang menanam ganja tanpa memberi tahu terlebih dulu. Diha

Curhatan Hati Seorang Perempuan yang Berjuang Hidup di Afghanistan di Era Pemerintahan Taliban

Kabul -  Bagi Zaigul, ibu rumah tangga 32 tahun dari Provinsi Nangarhar yang tinggal di kamp Nasaji untuk pengungsi dalam negeri di dekat ibu kota, Kabul, hidup memang telah sulit sebelum Taliban mengambil alih kekuasaan pada 15 Agustus 2021. Dia bekerja sebagai PRT sementara suaminya, Nasir, bekerja sebagai buruh bangunan demi menghidupi tujuh anak-anak mereka, tapi sekarang mereka tidak lagi bekerja. Sejak Taliban kembali berkuasa , Afghanistan telah terjun ke dalam krisis ekonomi yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, di mana bank-bank kehabisa uang tunai dan para pegawai negeri tidak pernah digaji selama berbulan-bulan. Pembekuat miliaran dolar aset Afghanistan oleh Amerika Serikat dan penghentian bantuan dana oleh lembaga keuangan internasional telah menyebabkan hampir runtuhnya sistem perekonomian Afghanistan yang rapuh yang dirusak oleh peperangan dan pendudukan selama puluhan tahun. Zaigul, seperti jutaan orang Afghanistan lainnya, tidak punya pekerjaan karena sebagian besa